Tak Kuat Gendong Tarif Trump, Harga Mobil Jepang Makin Mahal Di As

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Jakarta, Blezing --

Para produsen mobil Jepang mulai meningkatkan nilai kendaraan mereka di Amerika Serikat (AS) sebagai respons pemberlakuan tarif impor sebesar 25 persen sejak tiga bulan lalu. Langkah ini diambil lantaran para perusahaan telah mencapai pemisah kemampuannya menyerap lonjakan biaya akibat kebijakan tersebut.

Dikutip dari Nikkei Asia, Toyota menjadi salah satu nan pertama mengonfirmasi kenaikan harga. Perusahaan ini bakal meningkatkan rata-rata nilai jual kendaraannya di pasar AS sebesar US$270 alias sekitar Rp4,3 juta (kurs Rp16.204) mulai Juli 2025.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan langkah serupa nan telah lebih dulu dilakukan para pesaing serta perkembangan tren pasar nan ada. Sebelumnya, sejumlah produsen Jepang telah sekuat tenaga menahan nilai agar tetap stabil meski tarif telah berlaku.

Namun, sekarang beberapa merek besar mulai menyesuaikan. Subaru dan Mitsubishi Motors tercatat telah meningkatkan nilai jual mobil mereka, sementara Mazda Motor tengah mengevaluasi rencana serupa dalam waktu dekat.

Tekanan tarif menyebabkan produsen asal Jepang kehabisan ruang untuk terus menyerap kenaikan biaya produksi. Data Kementerian Keuangan Jepang menunjukkan nilai satuan ekspor mobil dari Jepang ke AS pada Mei 2025 turun sekitar 20 persen dibandingkan tahun lalu.

Kondisi ini menunjukkan bahwa selama beberapa bulan terakhir, perusahaan Jepang berupaya keras menahan beban tarif agar tidak dibebankan ke konsumen. Upaya ini ditengarai jadi argumen stabilnya jumlah pengiriman ke luar Jepang pada bulan lalu.

"Hingga pertengahan Juni, volume pengiriman dari Jepang ke AS tetap stabil dibandingkan April dan Mei," ujar Kohei Ishinaka, kepala bagian logistik Nippon Express di AS selaku perusahaan mitra logistik utama banyak produsen mobil Jepang.

Perusahaan tetap memprioritaskan keberlanjutan pengiriman kendaraan dan suku cadang, meskipun kudu menghadapi biaya logistik nan lebih tinggi. Banyak suku cadang tetap hanya dapat diproduksi di Jepang sehingga susah dialihkan sepenuhnya ke letak lain.

Efek kenaikan biaya ini juga terasa hingga ke rantai pasok pendukung otomotif. Produsen pigmen DIC telah meningkatkan nilai jual bahan mereka di AS sejak Juni 2025 lantaran kenaikan tarif terhadap bahan baku impor dari China dan negara lain.

Langkah serupa juga dilakukan Yaskawa Electric, produsen robot industri otomotif, nan mulai menyesuaikan nilai sejak April lalu.

Bukan solusi jangka panjang

Dampak kebijakan ini mulai terlihat di sisi permintaan. Penjualan kendaraan baru oleh empat produsen mobil Jepang utama di AS turun dua persen pada Juni 2025, menandai penurunan pertama dalam empat bulan terakhir.

Meski meningkatkan nilai menjadi solusi jangka pendek, namun sejumlah pihak di industri menilai kebijakan tersebut tidak bisa dipertahankan dalam jangka panjang.

Peluang Jepang mendapatkan pengecualian dari tarif ini juga dinilai kecil. Presiden AS Donald Trump tetap melontarkan kritik terhadap defisit perdagangan negaranya dengan Jepang.

Untuk mengantisipasi tekanan jangka panjang, para produsen mulai merancang rencana relokasi produksi ke AS. Subaru sedang bersiap memperluas akomodasi di pabriknya di Indiana, satu-satunya letak perakitan mereka di Amerika Utara.

Pabrikan tersebut berencana mulai memproduksi sebagian SUV Forester secara lokal, guna mengurangi ketergantungan pada unit ekspor dari Jepang nan selama ini menyumbang separuh penjualan di AS.

Mazda juga tengah memaksimalkan kapabilitas produksi di fasilitasnya di negara bagian Alabama. Pada Mei lalu, Mazda memutuskan menghentikan pengiriman unit ke Kanada dari pabrik tersebut demi memfokuskan produksi untuk pasar domestik AS.

(job/fea)

Video Blezing

Selengkapnya