CNN Indonesia
Rabu, 11 Jun 2025 11:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Aktivis lingkungan Greta Thunberg tiba di Swedia usai dideportasi Israel, gara-gara berlayar dengan Kapal Madleen membawa support kemanusiaan untuk penduduk Gaza, Palestina.
Greta tiba di Bandara Arlanda, Stockholm pada Selasa (10/6) malam waktu setempat. Dia tampak mengenakan jaket biru celana kargo krem, dan tas selempang hitam.
Saat tiba di bagian kedatangan, Greta langsung disambut tepuk tangan penduduk dan dipeluk seorang perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teriakan support untuk Palestina juga menggema di airport Stockholm. Di bandara, Greta mendapat pertanyaan dari awak media apakah takut saat pasukan Israel membajak Madleen.
"Yang saya takutkan adalah orang-orang terdiam selama genosida nan sedang berlangsung," kata Greta, dikutip AFP.
Dia lampau menyampaikan keprihatinannya pelanggaran norma internasional dan kejahatan perang nan terus dilakukan Israel.
"Israel melakukan genosida sistematis dan kelaparan sistematis terhadap lebih dari dua juta orang di Gaza," imbuh Greta.
Lebih lanjut, dia menyerukan organisasi internasional untuk bertindak sesegera mungkin guna mengakhiri kekejaman Israel di Gaza.
Sebelum ke Swedia, dia mendarat di Bandara Charles de Gaulle Paris setelah dideportasi Israel pada Selasa.
Greta saat itu mengatakan dia dan 11 relawan lain diculik Israel padahal tak melanggar norma apapun.
"Saya sangat jelas dalam kesaksian saya bahwa kami diculik di perairan internasional dan dibawa ke Israel tanpa kemauan kami sendiri," kata Greta di area kehadiran airport Charles ke awal media, dikutip Reuters.
"Kami tidak melanggar hukum. Kami tidak melakukan kesalahan apa pun," imbuh dia.
Greta dan relawan lain diculik Israel saat Madleen mendekati Gaza. Kapal membawa support kemanusiaan nan sangat krusial untuk keberlangsungan hidup penduduk di wilayah kantung itu.
Pelayaran ini juga sebagai corak support untuk Gaza lantaran Israel membatasi apalagi memblokir support kemanusiaan nan masuk sejak agresi pada Oktober 2023.
Blokade itu membikin penduduk Palestina berada dalam krisis kemanusiaan.
(isa/dna)